ARSITEKTUR ISLAM: THE LEGEND OF DIVINE BEAUTY
Dalam postingan kali ini aku akan membahas gaya2 arsitektur Islam. Gara-garanya pas aku backpacking ke Jatim, aku melihat ada banyak banget masjid2 bagus di sana (ada yang mirip Capitol Hill juga). Akupun langsung iseng2 pengen mempelajari arsitektur Islam. Pasti kalian berpikir, ngapain nih orang Katolik bikin postingan tentang Islam segala hahaha. Well, pertama aku adalah pemerhati arsitektur (cailah istilahnya). Kedua, aku udah pernah menulis tentang gaya arsitektur gereja, meliputi Gothic dan Baroque. Pastinya aku nggak ngerasa afdol kalo belum membahas gaya arsitektur Islam. Ketiga, buat ngisi2 blog lah biar nggak kosong melompong pas aku nggak ada jadwal backpacking.
Ngomongin ciri khas gaya arsitektur Islam, hal pertama yang terlintas pasti kubah masjid. Hmm…aslinya nggak gitu2 juga. Pada awal kemunculan Islam, masjid ternyata belum berkubah. Masjid berkubah pertama yang dibangun adalah Dome of Rock pada 691 M yang dibangun menyerupai Gereja Makam Suci (Church of Holy Sepulchure) di Yerusalem. Kemudian pada tahun 705 M, gereja berkubah yang bernama Basilika St. Yohanes Pembaptis di Damascus dialihfungsikan menjadi Masjid Agung Damascus. Gara2 pengaruh dua bangunan itulah, kaum Muslim kemudian mulai tertarik menerapkan kubah menjadi ciri khas arsitektur mereka. Penggunaan kubah sendiri juga bukan asli kreasi orang Kristen, melainkan adopsi gaya arsitektur kuil-kuil Romawi.
Nah, gaya arsitektur Islam berkembang dari masa ke masa. Gaya arsitektur Islam juga nggak segan2 mengadopsi gaya-gaya arsitektur lain, misalnya gaya arsitektur kaum Zoroaster di Persia (sekarang Iran) hingga gaya arsitektur gereja2 Kristen. Namun umumnya dekorasi dan interior bangunan tetaplah harus bernafaskan Islam, misalnya banyak digunakannya motif floral dan geometris karena adanya larangan penggunaan figur manusia dan hewan dalam ajaran Islam. Ciri khas lain tentu saja motif kaligrafi berisikan ayat2 suci Al-Quran. Ada pula “muqarnas”, yaitu hiasan pada langit-langit yang berbentuk sarang tawon. Dekorasi ini hanya ada pada arsitektur Islam.
Secara garis besar, arsitektur Islam terbagi menjadi 4 gaya yang terkenal, yaitu gaya Moorish (berpusat di Spanyol), gaya Ottoman (berpusat di Turki dan Mesir), gaya Persia (berpusat di Iran dan semenanjung Arab), dan gaya Mughal (berpusat di India). Ada juga gaya Indonesia yang khas dan berbeda dengan gaya-gaya yang lain.
Gaya Moorish
Pada sekitar abad ke-9, kaum Muslim menguasai semenanjung Iberia di Eropa (meliputi Spanyol dan Portugal) hingga Afrika Utara. Mereka disebut kaum Moor oleh bangsa Eropa. Nah, mereka punya gaya arsitektur khas yang disebut gaya Moorish. Ciri gaya arsitektur Moorish adalah adanya lengkung tapal kuda (horse-shoe arch), yaitu bagian atas dua pilar yang menyambung dan berbentuk melengkung seperti tapal kuda.
Bangunan bergaya Moorish menggunakan batu bata dan nggak ditutupi oleh keramik2 warna-warni kayak gaya arsitektur Persia. Nggak seperti gaya arsitektur Islam lainnya, gaya Moorish jarang menerapkan kubah. Well, perbedaan yang cukup mencolok dengan gaya2 arsitektur Islam lainnya ini disebabkan karena kaum Moor di Spanyol terisolasi dari pusat peradaban Islam di jazirah Arab. Letak keduanya yang berjauhan menyebabkan bangsa Moor kemudian mengembangkan gaya arsitekturnya sendiri yang jauh berbeda dengan yang ada di Arab sana.
Oya, gaya arsitektur Moorish sering dijuluki “kecantikan dari balik cadar” atau “beauty behind the veil”. Soalnya, dari luar bangunan bergaya Moorish emang biasa2 aja, tapi begitu masuk…wow, interiornya benar2 mengagumkan! Contohnya bagian dalam Alhambra ini.
Bangunan bergaya Moorish ini tersebar di penjuru Spanyol, namun paling banyak terdapat di Granada, Cordoba, Toledo, Zaragosa, dan Sevilla. Bahkan ketika kaum Muslim akhirnya terpaksa angkat kaki setelah Spanyol kembali direbut oleh kaum Katolik (“Reconquista”), gaya ini terus memengaruhi perkembangan gaya arsitektur di Spanyol. Kaum Katolik yang berkuasa mau tak mau harus mengakui keindahan gaya arsitektur Islami ini. Maka berkembanglah gaya Mudejar, yaitu perpaduan gaya Moorish dengan gaya arsitektur Kristen untuk digunakan membangun gereja2 di Spanyol.
Ciri khas gaya Moorish dan Mudejar adalah bentuk menaranya. Jika bentuk minaret (menara masjid) di Arab biasanya melingkar, maka menara Moorish umumnya berbentuk persegi. Bentuk minaret ini memengaruhi bentuk menara2 gereja di Spanyol dan juga bentuk minaret di Maroko.
Gaya Moorish ini nggak mati sampai di sini. Pada abad ke-18 muncul gaya arsitektur Moorish Revival, yaitu dibangkitkannya gaya arsitektur khas Islam oleh para arsitek Barat. Berikut ini contoh bangunan yang menerapkan gaya Moorish.
Masjid Agung Cordoba (sekarang Katedral Mezquita), Cordoba
Menara Giralda (sekarang menara lonceng Katedral Sevilla), Sevilla
Alhambra di Granada
Alcazar di Seville
Gaya Ottoman
Pada abad ke-14, kaum Muslim menguasai wilayah Romawi Timur yang kini mencakup Turki. Gaya Byzantium ala Turki yang dahulu digunakan untuk membangun gereja2 (contohnya Hagia Sophia) kemudian diadopsi dan disesuaikan dengan ajaran Islam. Voila…jadilah gaya arsitektur Ottoman. Ciri khas gaya arsitektur Ottoman adalah bentuk kubahnya berukuran sangat besar namun tampak ringan. Bentuk kubahnya juga tidak berbentuk umbi bawang seperti masjid2 pada umumnya, namun lebih berbentuk bulat. Oya, bentuk minaretnya juga unik. Jika puncak minaret umumnya berkubah, maka gaya ini menggunakan minaret dengan ujung meruncing. Berikut ini beberapa contohnya.
Masjid Fatih (Istanbul, Turki)
Masjid Ortakoy (Istanbul, Turki)
Masjid Mohammad Ali (Kairo, Mesir)
Masjid Biru (Istanbul, Turki)
Gaya Persia
Persia (sekarang Iran) memiliki sejarah panjang sebagai “the cradle of civilization” atau asal mula peradaban dunia. Wilayah ini dulunya dikenal sebagai Mesopotamia sebelum akhirnya ditaklukkan oleh tentara Muslim pada abad ke-7. Gaya arsitektur khas Persia kemudian diadopsi oleh kaum Muslim. Pembangunan masjid bergaya Persia sudah dirintis pada masa Dinasti Seljuk, namun kejayaan arsitektur Persia mengalami puncaknya pada akhir abad ke-16 pada masa Dinasti Safavid. Saat itu, Raja Shah Abbas memerintahkan dibangunnya sebuah kota Islam bernama Isfahan yang kemudian menjadi ibu kota arsitektur Islam dunia.
Ciri khas dari gaya Persia Islam adalah kubah berbentuk umbi bawang (onion dome) yang dilapisi oleh keramik warna-warni. Bahkan tak jarang, agar tampil lebih mencolok, kubah-kubah ini dilapisi dengan batu permata. Maklum lah, Iran dahulu dilewati oleh Jalur Sutra, nggak heran tajirnya minta ampun. Portal atau pintu masuk masjid bergaya Persia juga sangat khas, biasanya berbentuk persegi tinggi dengan lengkungan berujung lancip.
Bagian dalamnya juga dipenuhi dengan kaligrafi dan dekorasi geometris.
Contoh masjid bergaya Persia adalah sebagai berikut.
Masjid Shah (Isfahan, Iran)Masjid Sheik Luft-Allah (Isfahan)
Mausoleum Gur-E-Amir (Samarkand, Uzbekistan)
Gaya Mughal
Gaya Mughal ada gaya arsitektur yang muncul paling terakhir dan merupakan perpaduan gaya arsitektur Persia, Ottoman, dan India. Uniknya, gaya ini merupakan perpaduan gaya Hindu dan Islam. Gaya arsitektur ini pertama kali dirintis oleh Raja Akbar, penguasa dinasti Mughal di India pada abad ke-16. Namun mahakarya arsitektur Mughal yang paling terkenal dibangun oleh Raja Shah Jahan (1627-1658), apalagi kalau bukan Taj Mahal yang termasuk 7 keajaiban dunia.
Secara umum gaya arsitektur ini memang mirip gaya Persia. Hanya bedanya pada penggunaan marmer (batu pualam) dalam jumlah besar, penggunaan satu atau dua warna saja (gaya Persia umumnya lebih berwarna-warni), dan adanya “cupola” yaitu kubah kecil yang hanya disangga pilar tanpa dinding. Oya keistimewaan lain gaya Mughal adalah kesimetrisannya yang luar biasa. Bukti adanya akulturasi agama Islam dengan Hindu-Buddha pada gaya Mughal adalah hiasan khas berbentuk bunga teratai pada bagian puncak kubah. Tentu kita tahu teratai adalah bunga yang dianggap suci dalam agama Hindu dan Buddha. Ini adalah beberapa contoh masjid bergaya Mughal.
Masjid Badshahi (Delhi, India)
Masjid Jama (Delhi, India)
Mausoleum Humayun (India)
Gaya Jawa
Masjid di Jawa memiliki gaya arsitektur lain daripada yang lain. Gaya arsitektur masjid Jawa umumnya memiliki denah berbentuk bujur sangkar dan beratap tumpang. Ternyata bentuk ini adalah bentuk akulturasi budaya Islam dengan Hindu-Jawa. Denah berbentuk bujur sangkar biasa digunakan untuk membangun candi dan bentuk atapnya yang bertumpang merupakan simbolisme Gunung Meru yang dianggap suci oleh umat Hindu di Jawa kala itu. Contohnya tentu saja Masjid Demak yang sangat terkenal.
Kalo nggak salah, ada banyak filosofi dalam masjid bergaya Jawa, seperti arti atap masjid yang bertumpang 3 atau 5, adanya gapura di depan masjid, soko guru, dan lain-lain (sayangnya penjelasan yang kudapat dari internet banyakan pakai istilah Islam jadi nggak ngerti). Aku jadi berpikir, sayang ya kalo melihat banyak masjid sekarang lebih suka mengadopsi bentuk kubah, padahal bentuk masjid tradisional Jawa sebenarnya lebih kaya akan makna dan tak kalah dalam hal estetika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar