Ada dua cerita tentang banjir besar Nuh dalam versi legenda orang-orang Kasdim, bahkan legenda dari seluruh dunia juga menceritakan kisah yang sama. Legenda banjir besar nuh selain dari terjemahan alkitab modern, yang paling dikenal adalah cerita Berosus yang diambil dari kitab Babilonia dan dimasukkan kedalam sejarah yang kemudian digunakan orang Yunani.
Dalam catatan sejarah itu menjelaskan Obartes Elbaratutu telah mati, anaknya Xisuthros (Khasisatra) memerintah selama 18 Sares (sekitar 64,800 tahun) dan dibawah pemerintahannya telah terjadi Banjir Besar yang mirip dengan kisah banjir besar Nuh. Berikut ini saduran sejarah yang diceritakan dalam kitab suci Babilonia.
Banjir Besar Nuh Versi Legenda Kasdim
"Cronos (Ea) menampakkan diri dalam tidurnya dan mengatakan bahwa pada tanggal 15 bulan Daisios (bulan Assyrian-Sivan). Semua orang akan binasa akibat banjir besar, karena itu dia memerintahkannya lebih awal, pertengahan, dan akhir sebelum terjadi bencana, untuk merahasiakan berita itu kedalam tulisan, serta menguburnya di Kota Sun, Sippara. Kemudian membangun kapal dan memasukkan keluarga dan teman-teman tersayang, menempatkan mereka dalam ketentuan kapal dalam hal makan dan minum. Petunjuk itu memberi gambaran hewan berkaki empat juga harus dimasukkan kedalam perahu. Untuk mempersiapkan segala sesuatu, dalam hal navigasi dan ketika Xisuthros bertanya arah mana yang harus ditempuh, dia mengangkat tangannya dan dijawab sebagai perintah yang tidak bisa ditolak, menuju para Dewa."
Chronos sama dengan Saturnus, dimana Saturnus adalah seorang raja kuno dari Italia, yang jauh anterior sebelum berdirinya Roma yang memperkenalkan peradaban dari beberapa negara lain ke Italia. Chronos mendirikan industri dan ketertiban sosial, memenuhi lahan dengan banyak tanaman dan menciptakan zaman keemasan Italia. Chronos tiba-tiba dipindahkan ke tempat tinggal para dewa, namanya tercatat dalam legenda mitologi dengan sebutan Benua Saturnus yang terletak di Samudera Atlantik dan merupakan kerajaan besar yang menguasai Afrika Utara dan pantai Eropa Mediterania sejauh semenanjung Italia.
Plato mengisahkannya sebagai wilayah kekuasaan Atlantis, bangsa Romawi menyebut Samudra Atlantik sebagai Chronium Mare (Laut Chronos), dan pilar-pilar Hercules juga disebut sebagai Pilar Chronos. Kerajaan yang dimaksud dalam legenda Kasdim adalah tanah Chronos atau Saturnus, sebuah daratan dikelilingi lautan yang disebut kerajaan Atlantis.
Xisuthros mematuhinya dan membangun sebuah bahtera misterius yang panjangnya 5 Stadia dan luas 5 Stadia. Berdasarkan semua yang telah diwahyukan kepadanya, mulai dari istrinya, anak-anaknya, dan teman-teman terdekatnya.
Ketika banjir besar datang, dilepaskan beberapa burung dan tidak menemukan makanan maupun daratan, burung itu kembali ke kapal. Beberapa hari kemudian Xisuthros lagi membiarkan burung terbang bebas dan kembali lagi ke kapal, kali ini kaki mereka terlihat berlumpur. Setelah lebih dari tiga kali, burung-burung dilepaskan dan kembali lagi, kemudian Xisuthros memahami bahwa bumi sudah kosong.
Dia membuat sebuah lubang diatap kapal dan menyadari bahwa mereka berada di puncak gunung. Dia turun dengan istrinya, putrinya, dan awak kapal, mereka sujud kepada bumi, mengangkat altar dan ada yang dikorbankan untuk para dewa. Tetapi, pada saat yang sama Xisuthros menghilang bersama orang-orang yang menemaninya.
"Sementara mereka yang masih berada diatas kapal tidak melihat Xisuthros kembali, sehingga memaksa mereka turun dan mulai mencarinya, memanggil keras namanya tapi tak melihat Xisuthros kembali. Suara dari surga terdengar memerintahkan mereka untuk tetap saleh terhadap para dewa, bahwa Xisuthros telah menerima penghargaan atas kesalehan yang telah dilakukannya dan sejak saat itu dia ditempatkan ditengah-tengah para dewa. Bahwa istrinya, anak perempuannya, dan awak kapal mendapatkan kehormatan yang sama. Kemudian, suara selanjutnya mengatakan bahwa mereka harus kembali ke Babilonia, selaras dengan keputusan nasib yang memerintahkan mereka menggali tulisan yang dikubur Xisuthros di Sippara, negara dimana mereka menemukannya disebut Armenia. Setelah mendengar suara para Dewa dan kembali berjalan kaki ke Babilonia. Dengan menggunakan kapal Xisuthros akhirnya mereka berlabuh di Armenia, para sahabat Xisuthros datang ke Babilonia, tulisan itu disebarkan dikota Sippara dan terukir diberbagai kota, mereka membangun candi dan memulihkan Babelonia setelah dihancurkan banjir besar."
Dalam legenda Kasdim, kisah mirip banjir besar Nuh ternyata merupakan kisah yang tertua dalam tradisi, berbeda dari catatan Alkitab. penghancuran utama tampaknya disebabkan oleh hujan, periode hujan yang lebih besar memberikan waktu yang cukup untuk menenggelamkan dunia. Legenda Kasdim juga menceritakan kisah banjir besar telah terjadi hujan selama 7 hari tanpa henti disertai bencana alam lain seperti gempa, angin, dan longsor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar