2015
Para ilmuwan baru-baru ini memberi bukti dan teori baru, dimana galaksi Bima Sakti merupakan lubang cacing besar atau lorong waktu antar galaksi ataupun dimensi lain. Jika teori yang diungkapkan ini benar, pemahaman ini akan menjadi pendapat perdebatan panjang diantara kalangan ilmuwan dan astronom dunia.
Hipotesis penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Annals of Physics dan juga berpartisipasi di Sissa, Trieste. Jurnal ini merupakan hasil kolaborasi antara ilmuwan dari India, Italia dan Amerika Utara, tentunya teori ini membuka pemahaman baru bagi para ilmuwan untuk mengkaji ulang materi gelap. Para ilmuwan yang tergabung diantaranya Paolo Salucci dari International School for Advanced Studies, Farook Rahaman dari Universitas Jadavpur-India, dan beberapa ilmuwan lain dari India dan Amerika Utara.
Lorong Waktu Galaksi Bima Sakti
Menurut Paolo Salucci, seorang astrofisikawan International School for Advanced Studies, jika menggabungkan peta materi gelap disekitar Bima Sakti dengan model Big Bang terbaru untuk menjelaskan alam semesta, maka hipotesis terkait keberadaan lorong ruang waktu. Ilmuwan berhipotesis bahwa galaksi Bima Sakti memiliki salah satu dari lorong waktu ini, bahkanterowongan ini bisa berukuran sebesar galaksi itu sendiri. Dan bahkan tata surya dan isi didalamnya bisa melakukan perjalanan melalui lorong ruang waktu ini, karena berdasarkan perhitungan ilmuwan ruang ini bisa dilalui.
Meskipun lorong ruang waktu atau lubang cacing populer di film sci-fi, tetapi ruang waktu telah menjadi fokus perhatian astrofisikawan selama bertahun-tahun. Para ilmuwan melakukan penelitian untuk memecahkan misteri alam semesta, dan pada kenyataannya studi ini menarik kesimpulan terkait materi gelap.
Mereka tidak mengklaim bahwa galaksi Bima Sakti pasti memiliki lubang cacing, tetapi menurut model teoritis yang digunakan dan hipotesis tersebut menyebutkan sebuah kemungkinan adanya lorong ruang waktu.
Pada prinsipnya bisa menguji kebenaran hipotesis dengan membandingkan dua galaksi, galaksi Bima Sakti dan galaksi lain yang sangat dekat, misalnya Magellanic Cloud. Untuk mencapai kesimpulan, astrofisikawan menggabungkan persamaan relativitas umum dengan peta yang sangat rinci dari distribusi materi gelap disekitar Bima Sakti. Peta materi gelap ini diperoleh diperoleh dalam penelitian sebelumnya pada tahun 2013. Penelitian ini dianggap menarik karena mengusulkan refleksi yang lebih kompleks pada materi gelap.
Salucci menegaskan, para ilmuwan telah lama berusaha menjelaskan materi gelap dengan hipotesis partikel tertentu (neutralino) yang belum pernah diidentifikasi di laboratorium CERN atau diamati di alam semesta. Tetapi teori alternatif juga ada yang tidak bergantung pada partikel neutralino. Materi gelap mungkin termasuk salah satu dimensi lain, sebuah lorong ruang waktu, mungkin sebuah sistem transportasi galaksi besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar