Sebuah amber (batu damar) pernah ditemukan 50 tahun yang lalu di Republik Dominika, ketika itu para ilmuwan mendapatkan koleksi amber berusia 20 juta tahun yang menghasilkan wawasan baru tentang serangga tropis kuno dan dunia yang tak pernah kita lihat saat ini. Koleksi amber ini sepenuhnya menjaga fosil belalang Pygmy selama bertahun-tahun, ilmuwan mengatakan bahwa koleksi amber itu adalah yang sains terbesar di Dominika.
Ilmuwan telah mempublikasikan temuan ini dalam makalah dalam jurnal ZooKeys. Penelitian saat ini dalam rangka analisis selanjutnya yang didukung oleh National Science Foundation, Sam Heads dan peneliti lainnya mengungkap spesimen terbaik, dan akan meng-upload gambarnya pada situs web umum.
Belalang Pygmy Terjebak Getah Damar 20 Juta Tahun
Sam Heads, seorang ahli paleontologi di Illinois Natural History Survey mengatakan, fosil belalang jarang ditemukan membeku dalam batu damar dan spesimen ini terawat baik. Jared Thomas dan Yinan Wang menambahkan, temuan spesimen belalang Pygmy dalam batu damar beberapa bulan setelah dimulainya proyek. Berat batu damar diperkirakan 160 pon berwarna kuning dikumpulkan di akhir 1950-an oleh mantan entomologi INHS, Milton Sanderson. Sanderson menjelaskan beberapa spesimen koleksi dalam sebuah makalah Science pada tahun 1960. Makalah ini mengilhami ilmuwan selanjutnya untuk mencari dan mempelajari amber Dominika.
Belalang Pygmy, merupakan belalang kecil seperti duri mawar yang hidup 18 hingga 20 juta tahun yang lalu. Fosil ini tertutupi lumut, alga dan jamur, spesimen yang luar biasa karena terlihat dalam tahap peralihan evolusi dalam kehidupan subfamili belalang yang dikenal sebagai Cladonotinae. Spesis ini perwakilan paling kuno dari kelompok serangga bersayap, belalang yang ditemukan memiliki sayap vestigial atau struktur yang telah kehilangan fungsi utamanya.
Dalam studi ini disebutkan bahwa sebagian besar koleksi amber (batu damar) yang ditemukan Sanderson tetap tersimpan dan terawat hingga pada akhirnya ditemukan pada tahun 2010. Sam Heads telah memberi nama Pygmy, belalang Electrotettix Attenboroughi, genus kombinasi electrum. Dalam bahasa Latin artinya "kuning" dan Tettix artinya "belalang". Spesies ini sebelumnya dinamai oleh Sir David Attenborough, seorang naturalis Inggris dan pembuat film.
Proses penyaringan batu amber terkesan lambat dan rumit, sebagian besar amber terlihat gelap dipenuhi oksidasi hingga membuat para peneliti harus hati-hati memotong dan memoles bagian dalamnya untuk mendapatkan tampilan terbaik fosil didalamnya. Selain belalang Pygmy, Sam Heads dan rekan-rekannya juga menemukan lalat, lebah, jenis hama, semuat Azteca, tawon, kumbang kulit kayu, tungau, laba-laba, beberapa bagian tanaman dan bahkan rambut mamalia.
Belalang pygmy ditemukan dalam fragmen yang berisi tawon, semut, midges, sisa-sisa tanaman dan jamur. Amber tersebut kaya informasi yang akan memberi petunjuk tentang kebutuhan fisiologis makhluk dan sifat habitat spesis 20 juta tahun lalu. Fosil serangga memberikan banyak wawasan tentang evolusi sifat dan perilaku tertentu periode waktu itu. Sumber daya luar biasa untuk memahami dunia kuno, ekosistem dan iklim kuno yang mungkin lebih baik dari fosil dinosaurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar