Cahaya gempa bumi adalah salah satu fenomea langka yang bercahaya terlihat dilangit sebelum maupun selama terjadinya aktifitas seismik atau letusan gunung berapi yang kemungkinan terjadi di daerah retakan. Cahaya gempa juga sering disebut sebagai cahaya tanah yang bisa terlihat dalam berbagai bentuk, salah satunya bola bersinar yang terbang di angkasa.
Selama bertahun-tahun ilmuwan menganggap bahwa cahaya gempa bumi tidak ada sama sekali. fenomena ini sering muncul di langit selama gempa bahkan sebelum gempa, warnanya terkadang terlihat putih atau kebiruan, terkadang seperti aurora yang berada diatas daerah gempa, dimana semua ini berlangsung dalam hitungan detik hingga menit (tidak pernah lama).
Para ilmuwan masih belum mengetahui persis bagaimana dan mengapa cahaya misterius itu muncul, salah satu teori menyatakan bahwa cahaya gempa bumi berasal dari gesekan yang tercipta akibat gerakan tektonik mengandung kuarsa. Sementara pendapat lain menyatakan bahwa cahaya berasal dari gangguan medan ionosfer atau medan magnet. Dan tidak semua teori itu bisa diterima, dengan kata lain bahwa cahaya gempa masih menjadi misteri. Tetapi kini tim ilmuwan yang dipimpin Dr Theriault telah berhasil memecahkan misteri tersebut.
Fenomena Cahaya Gempa Bumi
Tim ilmuwan yang dipimpin Dr Theriault saat ini telah berhasil mengidentifikasi dan mempelajari 65 kasus munculnya fenomena cahaya gempa bumi yang dihasilkan dari data terhimpun sejak tahun 1600 di wilayah Amerika dan Eropa. Laporan anlisis ini diterbitkan awal tahun 2014 dalam jurnal Seismological Research Letter, dimana mereka menyebutkan bahwa 85 persen dari 65 kasus terjadi di wilayah retakan dan 97 persen terjadi di wilayah yang berdekatan dengan keretakan atau kesalahan subvertikal.
Berbagai bukti dikembangkan termasuk diantaranya adalah laporan saksi mata dan kamera ketika terjadi gempa bumi di Pisco, Peru pada tahun 2007. Catatan seismik yang diperoleh menyebutkan waktu dan lokasi yang menerangi sebagian langit malam, sehingga sinar itu diidentifikasi sebagai cahaya gempa bumi yang bertepatan dengan perambatan gelombang seismik.
Hasil yang mereka peroleh ternyata tidak terduga, para ilmuwan masih menduga dan belum bisa menjelaskan fenomena cahaya gempa bumi terkait keretakan dalam lingkungan. Faktor kesalahan lain (seperti interplate) mungkin juga akan muncul tetapi berkisar 5 persen dari aktifitas seismik dan terjadi pada sudut 30 hingga 35 derajat (misalnya zona subduksi). Dari 65 kasus peristiwa cahaya gempa bumi berhubungan dengan zona subduksi, dan para ilmuwan menganggap bahwa hal ini terjadi karena ada kesalahan subvertikal yang tidak diketahui. Salah satu video fenomena yang pernah terjadi di Sichuan, Cina, 30 menit sebelum terjadi gempa pada tahun 2008 terlihat aurora berwarna warni di angkasa.
Menurut Dr Theriault, ide yang diungkapkan itu menjelaskan tentang adanya kesalahan distribusi dalam tanah, struktur permukaan, tetapi lapisan sedimen atau air dapat menutupi struktur yang mendasar. Setidaknya 80 persen kasus cahaya gempa bumi bervariasi dalam bentuk dan luas yang terlihat, meskipun paling sering terlihat sebagai massa bola bercahaya yang diam atau bergerak. Fenomena ini seperti iluminasi atmosfer atau seperti luminositas api yang keluar dari tanah.
Dalam perhitungan waktu dan jarak ke pusat gempa diketahui bervariasi, kebanyakan fenomena cahaya gempa terlihat sebelum atau selama proses terjadinya gempa bumi. Sangat jarang ditemukan penampakan cahaya setelah gempa, dan proses yang berperan utama dalam munculnya cahaya gempa terkait dengan tekanan keatas yang sangat cepat akibat keretakan pada permukaan dan perubahan tegangan yang sangat cepat selama terjadinya perambatan gelombang seismik. Muatan elektronik positif mengalir sangat cepat disepanjang tekanan gradien, setelah mencapai permukaan akan meng-ionisasi molekul udara dan menghasilkan luminositas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar