Salah satu karya sastra kuno dari Mesopotamia adalah Epos Gilgames, rangkaian legenda dan puisi Sumeria bercerita tentang raja Uruk dan pahlawan Gilgames dianggap sebagai penguasa abad ke-30 SM. Epos Gilgames berkaitan dengan air bah, inti kisahnya berkisar pada hubungan antara seorang raja yang terpecah perhatiannya dan patah semangat dalam pemerintahannya. Seorang sahabat yang bernama Enkidu, dikenal agak liar dan berupaya melewati bahaya bersama Gilgames.
Raja Gilgames menolak untuk menerima nasib sebagai manusia fana. Apakah dia sebenarnya tidak memiliki 2/3 dewa dan hanya 1/3 darah manusia? Lalu mengapa harus terpilih menjadi manusia fana padahal lebih besar unsur dewa pada dirinya? Gilgames berusaha untuk tetap muda dengan mengganggu pasangan pengantin baru dan bersikeras melakukan hubungan dengan pengantin wanita sebelum 'malam pertama' kedua mempelai. Kemudian suatu malam dia melihat visi yang dirasakan sebagai pertanda. Dia bergegas pergi menemui ibunya menceritakan apa yang terlihat.
Selama semalam, setelah aku menjadi sehat, aku berjalan disekitar. Di tengah-tengah (malam) pertanda muncul. Sebuah bintang lebih besar dan lebih besar dilangit. Hasil karya Anu turun ke arahku! "Hasil karya Anu" yang turun dari langit jatuh ke Bumi didekatnya, Gilgames berhubungan langsung: Aku berusaha untuk mengangkatnya; itu terlalu berat bagiku.Aku berusaha mengguncangnya; aku tidak bisa bergerak atau menngangkatnya.
Sementara ia mencoba untuk melepaskan objek yang tertanam dalam tanah, rakyat berdesak-desakan ke arah benda yang jatuh itu, para bangsawan memadati sekelilingnya. Objek jatuh ke Bumi ternyata dilihat banyak orang, seluruh rakyat Uruk dikumpulkan sekitarnya. Para pahlawan, Gilgames, orang-orang terkuat, kemudian berusaha mengusir benda yang jatuh dari langit.
Gilgames, Raja Uruk Mencari Kehidupan Abadi
Pemerintahan Gilgames berlangsung sekitar tahun 2700 SM hingga 2500 SM. Temuan artifak berkaitan dengan Agga dan Enmebaragesi dari Kish, dua raja lainnya yang disebut dalam epos ini, telah memberi kredibilitas keberadaan historis Gilgames. Epos ini lebih menceritakan perasaan kehilangan Gilgames setelah kematian Enkidu, dan sejarawan menyebutnya sebagai salah satu karya sastra pertama yang sangat menekankan keabadian. Para ahli Taurat kuno menceritakan epos dimana telah disebutkan:
Hal rahasia telah dilihatnya; Apa yang tersembunyi pada manusia, dia menemukannya. Dia bahkan membawa kabar sebelum banjir besar; Dia juga mengambil perjalanan jauh, melelahkan dan dibawah kesulitan. Ia kembali, dan setelah usaha keras segala jerih payahnya terukir.
Versi cerita epos Gilgames Sumeria dianggap tertua berasal dari masa Dinasti Ur tahun 2150 SM hingga 2000 SM. Kata bahasa Akkadia 'nagbu' diartikan sebagai 'kedalaman', juga diterjemahkan sebagai 'misteri yang tidak dikenal'. Menurut Andrew George, kata ini merujuk pada pengetahuan khusus yang dibawa Gilgames setelah perjumpaannya dengan Uta-napishti. Dia memperoleh pengetahuan tentang tanah Ea, ranah kosmik yang dianggap sebagai mata air hikmat. Tapi umumnya penafsir merasa bahwa Gilgames memberikan pengetahuan tentang bagaimana menyembah para dewata, mengapa kematian ditetapkan untuk manusia, apa yang menjadikan seseorang raja yang baik, dan hakikat sejati tentang bagaimana menjalani hidup yang baik.
Tablet ke-11 menceritakan mitos air bah yang kebanyakan disalin dari Epos Atrahasis. Tablet ke-12 terkadang diperluas menambahkan epos untuk mewakili lanjutan dari tablet ke-11. Bagian tablet ke-12 mengandung inkonsistensi cerita mengejutkan, memperkenalkan Enkidu yang masih hidup, dan tidak banyak berkaitan dengan cerita tablet ke-11. Tablet ke-12 sebenarnya salinan yang mirip dari cerita yang sebelumnya, di mana Gilgames mengutus Enkidu untuk mencari benda miliknya dari Dunia Bawah. Enkidu akhirnya meninggal dunia dan kembali dalam bentuk roh untuk mengisahkan Dunia Bawah kepada Gilgames.
Epos Gilgames Dalam 11 Tablet Sumeria Kuno
Gilgames merasa bangga dan percaya diri, dia dikenal sebagai raja baik hati dan teliti, terlibat dalam tugas-tugas adat untuk menaikkan benteng kota atau menghiasi candi. Tetapi banyak pengetahuan yang diperoleh dari sejarah para dewa dan manusia, dirinya semakin merasa filosofis dan gelisah. Ditengah kesuksesannya, pikiran Gilgames mulai berubah 'Apakah dirinya memiliki 2/3 darah dewa, hidup selamanya karena jauh lebih banyak dari 1/3 darah manusia ditubuhnya, atau mungkin sepertiga menang dan membuatnya menjadi manusia fana yang akan menjemput kematian?' Berikut isi kesebelas tablet Sumeria kuno yang menceritakan epos Gilgames.
Gilgames dari Dinasti Uruk, raja terbesar di muka bumi, keturunan dua pertiga dewa dan sepertiga manusia, adalah Raja dan Dewa terkuat yang pernah ada. Pada saat rakyatnya mengeluh bahwa dirinya terlalu kejam dan menyalahgunakan kekuasaan dengan tidur bersama perempuan-perempuan lain sebelum mereka ditiduri oleh suaminya, dewi penciptaan Aruru menciptakan manusia liar Enkidu yang sekaligus menjadi lawan setimpal dan juga menjadi pengganggu perhatiannya. Enkidu ditaklukkan oleh seorang imam perempuan yang juga sebagai pelacur kuil Shamhat.
Enkidu menantang raja Gilgames, setelah melalui pertempuran hebat Gilgames meninggalkan perkelahian itu. Gilgames mengusulkan sebuah petualangan di Hutan Aras untuk membunuh roh jahat. Gilgames dan Enkidu bersiap-siap berpetualang ke Hutan Aras, dengan dukungan banyak pihak termasuk dewa matahari, Shamash. Gilgames dan Enkidu pergi ke Hutan Aras. Sebagai teman yang tak terpisahkan, Gilgames mulai mengungkapkan kepada Enkidu ketakutannya akan nasib fana ini. Mendengar hal itu, mata Enkidu dipenuhi air mata, getir dan menghela napas, kemudian mengatakan kepada Gilgames bahwa ada cara untuk mengakali nasibnya dengan cara memaksa berjalan ke Abode, rahasia para Dewa.
Abode of the Gods, ketika Enkidu berada di gunung cedar berhadapan dengan binatang buas dan dijaga oleh rakasa menakutkan bernama Huwawa. Tugas utama Huwawa adalah mencegah manusia memasuki Cedar Forest, penentuan Gilgames untuk mencapai tujuan utamanya. Gilgames dan Enkidu, dengan bantuan dari Shamash, membunuh Humbaba, salah satu roh jahat atau monster penjaga pepohonan. Tetapi sebelum terjadi, Humbaba mengutuk mereka berdua dan mengatakan bahwa salah seorang dari mereka akan mati karena perbuatan ini. Lalu dia menebang pepohonan yang kemudian diapungkan sebagai rakit untuk kembali ke Dinasti Uruk.
Gilgames menolak ajakan seksual dari anak perempuan Anu, Dewi Ishtar. Ishtar menjanjikannya kereta emas, sebuah istana megah, ketuhanan atas raja-raja dan pangeran lainnya. Tapi Gilgames menjawab 'tidak' dan menolak segala pemberian dewi. Ishtar meminta kepada ayahnya agar mengirimkan "Banteng Surgawi" untuk membalas penolakan ajakan seksual, tetapi kemudian Gilgames dan Enkidu membunuh sang banteng.
Gilgames dan Enkidu lupa semua tentang misi mereka, berlari menyelamtakan diri dari kejaran banteng Surgawi hingga kembali ke Uruk. Diluar tembok kota, Enkidu sendirian menahan banteng, ketika hewan itu mendengus, lubang di bumi terbuka cukup besar untuk menampung dua ratus orang. Enkidu jatuh ke salah satu lubang, Banteng Surga berbalik dan dengan cepat Enkidu memanjat keluar, hingga akhirnya dia berhasil menaklukkan banteng surgawi.
Dewa tertinggi sedang mempertimbangkan keluhan Ishtar, dan dewa Anu berkata kepada Enlil, 'Karena Banteng Surga telah dibunuh, dan Huwawa juga telah dibunuh, mereka berdua harus mati'. Tapi Enlil berkata, 'Enkidu akan mati, biarkan Gilgames tetap hidup'. Lalu Shamash protes dan mengatakan, 'semua itu dilakukan dengan persetujuan-Nya, mengapa kemudian Enkidu yang tidak bersalah Enkidu harus mati?'
Para dewa memutuskan bahwa seseorang harus dihukum karena membunuh sang Banteng Surgawi. Mereka menghukum Enkidu, situasi ini menggenapi kutukan Humbaba dimana Enkidu kemudian jatuh sakit dan menggambarkan Dunia Bawah sementara dirinya terbaring sekarat. Menurut sejarawan, mereka menafsirkan hukuman Enkidu sebagai hukuman atas pembunuhan Humbaba. Gilgames meratapi Enkidu sambil menawarkan berbagai pemberian kepada para dewa agar mereka mau berjalan disisi Enkidu di dunia bawah.
Gilgames berangkat mengelakkan nasib Enkidu dan membuat perjalanan berbahaya untuk mengunjungi Utnapishtim dan istrinya, satu-satunya manusia yang berhasil selamat dari banjir dahsyat, dia yang diberikan keabadian oleh para dewata dengan harapan bahwa dirinya dapat memperoleh keabadian. Dalam perjalanan, Gilgames berjumpa dengan Alewyfe Siduri yang berusaha membujuk agar menghentikan perjalanannya.
Alih-alih mengambil jalan darat yang keras, Gilgames berencana untuk menutup sebagian besar rute dengan perjalanan laut yang nyaman. Dia memilih sesorang dari lima puluh pemuda, pria lajang yang menemaninya dan Enkidu sekaligus menjadi pendayung perahu. Tugas pertama mereka adalah kembali ke hutan Uruk, dimana tempat pembuatan Kapal Mesir. Para pandai besi dari Uruk memberikan senjata yang kuat hingga akhirnya semua sudah siap, merekapun berlayar.
Gilgames berangkat dengan kapal melintasi Air Kematian bersama Urshanabi (juru kemudi) dan menyelesaikan perjalanan menuju dunia bawah. Setelah banyak bertanya tentang siapa dirinya, bagaimana dia datang kemari, dan ke mana dia pergi, dia beranggapan Urshanabi layak menjadi juru kemudi perahu. Menggunakan tongkat panjang, mereka menggerakkan rakit, perjalanan ini menempuh empat puluh lima hari menuju Til Mun, Tanah Kehidupan. Gilgames bertanya kemana arah selanjutnya, Urshanabi mengatakan bahwa dia harus mencapai gunung Mashu.
Gilgames berjumpa dengan Utnapishtim, dia menceritakan kepadanya tentang air bah dahsyat dan enggan memberikan kepadanya kesempatan untuk hidup abadi. Dia mengatakan kepada Gilgames, jika dirinya dapat bertahan tak tidur selama enam hari dan tujuh malam maka dia akan abadi. Tetapi Gilgames jatuh tertidur dan Utnapishtim menyuruh istrinya memanggang roti setiap hari ketika dia tertidur, sehingga Gilgames tidak dapat menyangkal kegagalannya.
Ketika Gilgames terbangun, Utnapishtim menceritakan kepadanya tentang sebuah tanaman yang terdapat didasar laut dan bahwa bila dia memperolehnya dan memakannya, maka dirinya akan menjadi muda kembali menjadi seorang pemuda. Gilgames memperoleh tanaman itu, tetapi dia tidak segera memakannya karena ingin membagikan kepada para tetua Uruk lainnya. Gilgames menempatkan tanaman di tepi sebuah danau sementara dirinya mandi, dan tanaman itu dicuri oleh seekor ular.
Pada akhirnya, Gilgames gagal untuk yang kedua kalinya dan kembali ke Dinasti Uruk, ketika dia melihat dinding yang begitu besar dan kuat, dia memuji karya abadi manusia fana. Dalam epos Gilgames, dia menyadari bahwa cara makhluk fana mencapai keabadian adalah melalui karya peradaban dan kebudayaan yang kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar